Indo Defence 2025 & Kebangkitan Teknologi Pertahanan Nasional

Pemicu & Signifikansi Indo Defence 2025 Dalam konteks kebijakan pertahanan Indonesia, Indo Defence 2025 menjadi sorotan karena menegaskan bahwa industri…
1 Min Read 0 70

Pemicu & Signifikansi Indo Defence 2025

Dalam konteks kebijakan pertahanan Indonesia, Indo Defence 2025 menjadi sorotan karena menegaskan bahwa industri pertahanan nasional tidak lagi di pinggir, tetapi menjadi bagian vital strategi keamanan negara. Pameran ini menampilkan inovasi alutsista modern, sistem pertahanan siber, dan platform kemitraan global yang memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan geopolitik.

Presiden Prabowo secara resmi membuka pameran Indo Defence 2025 pada 11 Juni di JIExpo Kemayoran, Jakarta, dengan dihadiri 1.180 peserta dari 42 negara sahabat. Pameran ini mengusung tema “Defence Partnerships for Global Peace & Stability”. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia

Melalui gelaran ini, pemerintah ingin menunjukkan bahwa keamanan tidak hanya soal kekuatan militer, tetapi juga kemampuan teknologi dan diplomasi pertahanan. Teknologi digital, pertahanan siber, dan integrasi sistem menjadi pusat perhatian, tidak sekadar sistem senjata fisik. Antara News+1


Inovasi Unggulan & Produk Pertahanan yang Ditampilkan

Di Indo Defence 2025, sejumlah inovasi teknologi pertahanan lokal dipamerkan, menandai lonjakan kapasitas industri dalam negeri:

  • TNI AU menunjukkan teknologi modern seperti Virtual Maintenance Training (VMT), sistem Transmission Data Air Situation (TDAS), serta demonstrasi pesawat unmanned systems. tni-au.mil.id

  • Republikorp, perusahaan swasta nasional, turut memamerkan sistem drone dan solusi network centric warfare, sebagai bagian dari upaya memperkuat pertahanan berbasis teknologi tanpa ketergantungan besar pada unsur manusia langsung. https://www.metrotvnews.com

  • Di KSTI 2025 (Konvensi Sains Teknologi & Industri), berbagai perguruan tinggi memamerkan prototipe teknologi pertahanan: ARMITS (Armor ITS), AUTOMORSE, dan FRN™ (Frangible Round Nose), bekerja sama dengan industri seperti PT Pindad. Teropong News+1

  • Riset riset di institusi pendidikan tinggi dan lembaga litbang semakin terhubung ke industri pertahanan, membentuk ekosistem riset – produksi – aplikasi. Kemdikti Saintek

Inovasi-inovasi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia semakin serius dalam memperkuat kedaulatan teknologi pertahanan, bukan sekadar mengimpor alutsista dari luar.


Tantangan & Hambatan dalam Pengembangan Teknologi Pertahanan

Walau ada kemajuan, sejumlah tantangan nyata masih mengemuka:

  1. Keterbatasan modal industri dalam negeri
    Produksi teknologi pertahanan kelas tinggi butuh investasi besar, riset jangka panjang, dan kolaborasi asing agar biaya bisa terkelola.

  2. Integrasi sistem & interoperabilitas
    Alat baru perlu bisa menyatu dengan sistem militer existing, keamanan data, protokol komunikasi militer, dan jaringan komando-terpusat.

  3. Standar keamanan siber & perlindungan data
    Teknologi pertahanan modern rentan terhadap serangan siber — keamanan sistem internal dan enkripsi sangat krusial.

  4. Sumber daya manusia & keterampilan teknis
    Perlu insinyur pertahanan yang menguasai AI, embedded systems, elektronika teori, hingga manufaktur presisi.

  5. Regulasi & ekspor pertahanan
    Produk pertahanan dalam negeri harus mematuhi regulasi ekspor senjata (misalnya ITAR, regulasi internasional) bila ditargetkan ke pasar asing.

  6. Skalabilitas & kontinuitas produksi
    Mengubah prototipe menjadi produksi massal dengan standarisasi dan kualitas tinggi adalah tugas berat.


Strategi Memperkuat Industri Pertahanan Nasional

Untuk mendorong agar Indo Defence 2025 tidak hanya ajang pameran, tetapi memicu ekosistem pertahanan berkelanjutan, beberapa strategi berikut sangat penting:

  • Pemerintah memberikan insentif (pendanaan riset, tax holiday, fasilitas produksi) bagi perusahaan pertahanan domestik.

  • Program kemitraan riset antara perguruan tinggi dan BUMN pertahanan agar riset bisa beralih ke produk siap pakai.

  • Standarisasi antar lembaga militer agar alat baru bisa digunakan secara interoperabel.

  • Pembentukan pusat produksi strategis (defense clusters) di wilayah yang punya akses sumber daya, tenaga kerja, dan infrastruktur.

  • Kerjasama internasional (joint development, transfer teknologi) agar percepatan inovasi bisa diperoleh.

  • Pembentukan regulasi ekspor pertahanan yang transparan, agar produk militer Indonesia bisa masuk pasar internasional legal.


Penutup

Indo Defence 2025 bukan sekadar pameran teknologi — ia cerminan ambisi Indonesia untuk menjadi negara yang tidak hanya mengandalkan alutsista impor, tetapi memiliki industri pertahanan tangguh sendiri. Dengan inovasi, kolaborasi riset & industri, serta dukungan kebijakan, Indonesia bisa menjadikan teknologi pertahanan sebagai kekuatan strategis nasional.

gaskan editor